Halo, Ibu! Selamat ya, atas kelahiran buah hati. Semoga ia sehat selalu di masa tumbuh kembangnya ini. Sebagai orang tua baru, tentu Ibu dan Ayah perlu membekali diri dengan beragam informasi seputar tumbuh kembang bayi, salah satunya mengenai hal-hal apa saja yang dapat terjadi pada bayi baru lahir yaitu ruam susu pada bayi. Ruam tersebut menyebabkan kulitnya di bagian tersebut terlihat kering, kemerahan, dan terasa gatal. Mari kita simak info lebih lengkapnya.

Banner Register
Banner AKP
Banner Register

Mengenal Ruam Susu pada Bayi

Banyak yang beropini bahwa ruam susu pada bayi biasanya disebabkan oleh ASI. Padahal tidak demikian.

Memang, ruam susu pada bayi sering kali muncul di bagian pipi di mana daerah ini bisa terciprat oleh ASI. Akan tetapi, ruam ini juga bisa menyebar ke bagian leher ataupun punggung si Kecil yang tak terkena ASI apabila tak segera ditangani.

Penyebab Ruam Susu pada Bayi

Lalu, apa sebetulnya penyebab ruam susu pada bayi tersebut? Ruam susu pada bayi atau yang dalam istilah medis disebut dengan Eczema biasanya terjadi pada bayi berusia dua hingga enam bulan. Penyebabnya pun bisa dibagi menjadi dua, Bu, yaitu:

Tips Mengatasi Ruam Susu pada Bayi


Selain itu, ada juga beberapa langkah yang bisa Ibu lakukan untuk merawat bayi yang terkena ruam susu pada bayi di rumah. Berikut tips-tipsnya untuk Ibu:

  1. Mandikan bayi

    Mandi dapat meredakan rasa gatal akibat ruam susu pada bayi. Gunakan air suam-suam kuku untuk memandikan bayi selama 10 menit. Hindari memandikannya dengan air yang terlalu hangat karena dapat membuat kulit semakin kering. Kulit yang kering akan semakin mudah terasa gatal. 

    Saat memandikan bayi, bersihkan seluruh bagian tubuhnya, termasuk leher, wajah, tangan, dan sela-sela jarinya. Sebaiknya gunakan sabun yang tidak mengandung pewangi dan diperuntukkan khusus bagi kulit sensitif yang aman dipakai oleh bayi ya, Bu. Setelah itu, keringkan tubuhnya dengan cara ditepuk-tepuk secara perlahan menggunakan handuk yang lembut. Jangan menggosok tubuh bayi, karena dapat membuat ruamnya lecet.

  2. Oleskan losion

    Saat kulit bayi masih terasa lembab, oleskan losion agar kulitnya tidak kering. Nah, sebelum memberikannya losion, sebaiknya Ibu melakukan konsultasi masalah anak terlebih dahulu untuk mendapatkan resep dari dokter perihal losion yang aman bagi kulit bayi yang terkena ruam susu, ya. Biasanya juga dokter akan memberikan resep salep untuk ruam susu pada bayi.

  3. Selektif memilih pakaian bayi

    Pakaikan bayi baju yang tak terlalu tebal untuk menghindarinya dari keringat yang bisa memperparah ruam susu pada bayi terutama di kulitnya. Sebaiknya, pilihlah pakaian yang terbuat dari bahan katun yang cukup lembut, Bu.

  4. Memotong kuku bayi

    Potong kuku untuk menghindari kemungkinan ia menggaruk daerah yang terkena ruam susu pada bayi. Supaya lebih aman, Ibu juga bisa memakaikannya sarung tangan ketika tidur. Ruam susu pada bayi yang tergaruk baik sengaja atapun tidak, bisa menyebabkan luka dan berisiko terjadinya infeksi.

  5. Buat suhu ruangan yang sejuk

    Suhu udara yang panas akan membuat bayi berkeringat dan dapat membuat ruam susu pada bayi di kulitnya terasa gatal. Untuk itu Ibu perlu membuat suhu ruangan terasa sejuk dengan menyalakan pendingin udara.

Nah, itulah beberapa perawatan yang bisa dilakukan ketika bayi terkena ruam yang disebabkan oleh alergi susu maupun alergi lainnya, Bu. Sebagai pencegahan ruam susu pada bayi, Ibu bisa menghindari beberapa jenis makanan yang bisa menimbulkan alergi, seperti susu, kacang, seafood, atau produk olahan susu lainnya saat sedang menyusui agar buah hati tak terkena alergi dari kandungan ASI yang Ibu berikan. 

Apabila kondisinya tak membaik setelah mendapatkan pengobatan, sebaiknya segera lakukan konsultasi masalah anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut ya, Bu. Semoga bayi Ibu sehat selalu!

Baca Juga: Khawatir dengan Tanda Lahir pada Bayi? Yuk Kenali Jenis-Jenisnya

Jangan lupa Bu, pastikan asupan nutrisi Ibu selalu terpenuhi untuk menjaga produksi dan kualitas ASI untuk si Kecil. Agar produksi ASI meningkat baik dalam jumlah maupun kualitasnya, Ibu harus mendapatkan energi tambahan sebanyak 500 kalori setiap harinya (AKG 2019) begitu juga dengan protein dan nutrisi penting lainnya. Selain mengonsumsi makanan bergizi, Ibu juga perlu mengonsumsi susu ibu menyusui yang mengandung 9AAE (9 Asam Amino Esensial yaitu jenis protein siap serap yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh) untuk mendukung pertumbuhan sel otak, otot dan tulang si Kecil serta menjaga kesehatan ibu dan 9 nutrisi penting lainnya seperti: tinggi asam folat, omega 3 (ALA)/DHA, Omega 6 (LA), tinggi zat besi, serat pangan inulin, tinggi vitamin C, protein, tinggi kalsium dan tinggi seng agar kebutuhan nutrisi Ibu selama periode menyusui tercukupi dan produksi ASI meningkat .

Frisian Flag Primamum adalah susu ibu menyusui dengan 9AAE + 9 Nutrisi Penting untuk melengkapi nutrisi Ibu dan si Kecil selama periode menyusui. Dua gelas Frisian Flag Primamum mengandung energi sebanyak 360 kalori, protein 18 gram, DHA 68 mg dan 9 nutrisi penting lainnya dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ibu menyusuil. DHA dibutuhkan si Kecil untuk mendukung pertumbuhan sel otaknya di 1000 Hari Pertama Kehidupannya. Frisian Flag Primamum tersedia dalam rasa cokelat yang lezat, tidak membuat enek atau mual serta enak disajikan dalam kondisi hangat maupun dingin.

Namun jika Ibu atau si Kecil mengalami kondisi yang tidak memungkinkan pemberian ASI, Ibu bisa memberikan susu pendamping ASI sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan ya Bu. Pastikan Ibu memilih susu yang mengandung 9 protein asam amino esensial lengkap dan tinggi DHA, karena protein adalah komponen yang penting untuk mendukung tumbuh dan kembang bayi ya, Bu! 

Agar si Kecil dapat tumbuh kembang dengan optimal, penting bagi Ibu untuk terus memantau progres pertumbuhannya. Untuk mengetahui progres pertumbuhan dan perkembangannya ibu bisa menggunakan fitur Rapor Tumbuh Kembang Prima yang juga terdapat dalam Akademi Keluarga Prima. Di fitur ini, tinggi badan anak, berat badan, lingkar kepala, dan indeks massanya akan diukur, serta disesuaikan dengan grafik pertumbuhan dari WHO.