Beberapa orang tua sering mengeluh kalau anak batitanya kerap mengajak bermain walau sudah larut malam. "Mau enggak diladeni kasihan karena dia kan kangen dengan orang tuanya yang seharian tadi bekerja di luar rumah. Tapi kalau ditanggapi kok jadi keterusan.

Jadi apa yang mesti kita perbuat? . Kalau setiap larut malam anak ingin bermain dan diladeni terus, maka akan terjadi suatu kondisi yang dalam bahasa psikologinya disebut sebagai reinforcement (penguatan). "Anak akan menganggapnya sebagai suatu pola yang dapat diterima. Dia bisa berpikir, 'Ah kalau besok aku bangun malam lagi dan minta main, pasti Papa mau nemenin. Kan asyik. Dengan kata lain anak akan terdorong untuk melakukan hal yang sama keesokan hari dan selanjutnya. Ini sebetulnya yang perlu dihindari," ujar psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Jakarta.

Kalau kondisi tersebut dibiarkan pola tidur anak jadi berantakan. Dampak ini akan berlanjut dengan dampak-dampak buruk lainnya seperti sebuah efek domino. Umpamanya, anak jadi sulit bangun pagi yang tentu akan merepotkan saat ia harus bersekolah nanti. Kurangnya istirahat di malam hari juga bisa membuat proses belajarnya terganggu karena ia jadi kurang berkonsentrasi. Pengaruh lainnya, jam biologis si kecil kacau sebab pada jam tidur malam dia terbiasa terbangun yang dipikirnya merupakan waktu bermain. "Bila kebiasaan ini berlanjut terus maka akan sulit untuk diubah," tandas Mira.

KENALI 4 PENYEBAB UTAMA

Saran Mira, benahi pola tidur si kecil. Namun tidak dengan cara memarahi, misalnya "Duh Malik, masak sudah jam 12 malam masih main kuda-kudaan sama Papa. Memangnya Papa enggak capek?" Keluhan ini akan percuma saja karena anak batita belum memiliki orientasi waktu yang baik; apakah saat ini siang, malam, sore atau pagi. Bila energinya masih berlebih, lalu dia ingin bermain ya dia akan bermain, tak peduli hari sudah larut malam atau belum.
Lebih bijaksana jika orang tua merunut penyebab mengapa si batita terbiasa beraktivitas hingga larut malam. Mira yakin kondisi ini tidak datang dengan tiba-tiba, melainkan ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya:

* pola tidur orang tua

Pola tidur orang tua dapat mempengaruhi pola tidur anak. Bila orang tua terbiasa tidur larut malam, anak pun akan terkondisikan seperti itu.

tindak lanjut:

Ubah jam tidur anak. Jika si kecil menolak tidur karena orang tua belum tidur atau salah satu belum pulang, maka berusahalah untuk mengondisikannya tidur di jam-jam yang wajar. Umpamanya dengan mengajak si kecil masuk kamar dan membuat kondisi dalam kamar begitu tenang. Matikan teve, lampu, musik yang berirama cepat, dan sebagainya.
* faktor bawaan

Ada anak yang semenjak bayi memang sulit tidur malam. Jika masalah ini tidak ditangani segera, ditambah dengan ketidakdisiplinan orang tua akan jam tidurnya, maka kebiasaan ini akan terus berlanjut.

tindak lanjut:

Cari tahu apakah yang menyebabkan anak sulit tidur malam. Mungkinkah karena asupan makanannya kurang. Bila orang tua tidak memiliki kepastian penyebab mengapa si kecil selalu tidur larut, tak ada salahnya orang tua memeriksakan anak ke dokter.

* belum terbentuknya jam biologis

Jam biologis anak batita belumlah teratur. Si kecil bisa saja bangun jam 5 pagi, lalu jam 10 tertidur kembali. Namun esoknya belum tentu ritmenya seperti itu. Bisa jadi ia bangun jam 5 pagi dan baru tidur jam 4 sore

tindak lanjut:

Ciptakan jam biologis si kecil dengan mengubah dan mengoreksi pola tidurnya. Misalnya dengan mengondisikan anak untuk lebih banyak beraktivitas di siang dan sore hari. Atur jam makan terakhirnya sekitar jam 6 atau jam 7 malam. Anak yang lelah secara fisik dan juga merasa kenyang akan tidur nyenyak di malam harinya.

* menuntut perhatian orang tua

Adakalanya orang tua harus bekerja hingga larut malam sehingga waktu pertemuan dengan si kecil menjadi sempit. Hal ini membuat kebutuhan si kecil akan perhatian orang tua jadi tidak terpuaskan. Ujung-ujungnya, ia sering mencari-cari perhatian misalnya ya dengan menunggu orang tuanya tiba dari kantor lalu langsung mengajak bermain. Tak peduli jam berapa pun itu.

tindak lanjut:

Lakukan refleksi diri apakah waktu kebersamaan dengan si kecil sudah tercukupi atau belum. Seringkali orang tua menyadari si kecil butuh perhatian tapi tidak berusaha menyelesaikan permasalahan. Akibatnya hal ini berlangsung berlarut-larut sampai membuat pola tidur anak tidak sesuai dengan waktu tidur orang tuanya. Kalau sudah begini, mau tak mau orang tua mesti mengatur kembali waktu luang bersama anaknya.

SIKAPI DENGAN TEPAT

Nah, jika sudah ditemukan akar permasalahannya, berikut ini ada beberapa tindakan konkret yang bisa dilakukan orang tua saat si kecil merengek mengajak bermain di malam hari:

* Hindari aktivitas yang membangkitkan semangat.

Aktivitas fisik, seperti main kuda-kudaan akan membuat anak makin bersemangat untuk melek. Lebih baik pilih aktivitas yang lebih tenang, seperti membacakan atau mendongengkan si kecil sebuah cerita. Hindari cerita yang rumit karena akan membuat otak si kecil bekerja mengolah cerita tersebut. Pilihlah bacaan ringan dan cenderung monoton. Misalnya, "Di malam hari si kelinci tidur, sang ayam tidur, si kuda tidur, dan seterusnya." Cerita yang monoton akan membuat anak merasa bosan dan lama-lama membuatnya tertidur.

* Beri penjelasan.

Jelaskan selalu bahwa hari sudah malam dan semua orang harus tidur. "Sebenarnya, ini sudah malam lo, Dek. Waktunya untuk tidur. Coba lihat di jalanan sudah enggak ada orang lewat kan?"

Bisa juga dengan memanfaatkan sosok hewan peliharaan, "Kalau malam kucing harus bobok, ayam juga bobok. Semuanya harus bobok. Adek juga harus bobok." Biasanya pemahaman seperti itu membuat si kecil mau berangkat tidur.

* Tanamkan sugesti.

Bila anak belum juga mau tidur dan tetap ingin bermain, maka kita bisa melakukan sugesti terhadap anak, "Tidur yuk! Adek sudah ngantuk kan?" Jika si batita sudah lancar bicara, biasanya ia akan berperilaku negativistik dengan menjawab, "Enggak mau, enggak ngantuk." Langkah yang bisa diambil adalah dengan mencari jalan tengah. Umpamanya, "Adek boleh bermain robot, tapi sebentar saja ya. Setelah itu, bobok." Beri rentang sekitar 10 menit, lalu ajak ia tidur kembali.

* Ciptakan suasana kondusif.

Jika penjelasan dan sugesti tak mempan dan si kecil tetap menolak tidur, orang tua bisa berkata, "Kalau Adek enggak mau bobok ya sudah. Tapi ini sudah malam dan waktunya untuk bobok. Ayah dan Bunda mau bobok duluan. Jadi lampunya dimatikan ya." Selanjutnya padamkan lampu tapi sebelum itu pastikan tidak ada barang di kamar yang dapat mencelakakan anak. Keadaan kamar yang digelapkan merupakan suasana kondusif untuk berangkat tidur. Biasanya dengan begitu anak akhirnya akan memutuskan tidur juga.