7 Tipe Mertua dan Cara Menghadapinya


“Duh, mertuaku cerewet sekali sih?!”
“Mending, kalau mertuaku tuh senang ikut campur urusan rumah tanggaku dengan suami. Mentang-mentang suamiku itu anak satu-satunya”
Begitu umumnya keluhan yang disampaikan para ibu muda tentang mertuanya diawal pernikahan mereka. Julukan mertua cerewet, tukang ngatur, tukang kritik dan sebagainya biasanya diam-diam ‘disandangkan’ para ibu muda ini pada para mertua. Masalah umumnya memang cenderung timbul antara ibu muda dengan mertua perempuannya.

Permasalahan menjadi semakin rumit apabila pasangan muda masih tinggal satu atap bersama orangtua. Pertemuan yang terjadi setiap saat mau tak mau menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua perempuan ini, sehingga perlu disikapi dengan cara yang lebih bijaksana. Untuk meminimalkan konflik yang terjadi, di bawah ini ada 7 tipe mertua dan cara menghadapinya yang dapat dicoba. Diantaranya;

Tipe mertua suka mengatur

“Mentang-mentang aku menikah dengan anak bungsu yang satu-satunya laki-laki, ibu mertuaku jadi selalu mengatur aku seperti mengatur anaknya. Dipikirnya aku sama tergantungnya seperti suamiku yang anak mama. Jadi apa-apa diatur. Masa waktu mas Pandu sakit, ibu mertuaku itu yang memilihkan pakaian apa yang harus dipakainya saat kami mau pergi ke dokter. Itu kan keterlaluan!” keluh Marsya pada temannya.

Menikah dengan suami yang tipe ‘anak mama’ memang memiliki konsekuensi untuk mendapatkan ibu mertua yang suka mengatur. Ia sudah terbiasa mengatur anaknya hingga hal yang sekecil-kecilnya. Sehingga ketika anak yang disayanginya menikah, ia lupa dan ikut mengatur kehidupan rumahtangga anak serta menantunya.

Mungkin ia hanya ‘lupa’. Karenanya cobalah untuk mengingatkan dengan cara yang sopan. Tunjukkan bahwa Anda sangat menghargainya sebagai seorang mertua, namun disaat yang tepat Andapun dapat menunjukkan ketegasan Anda. Misalnya dengan mengatakan, “Ma, terima kasih ya mama sangat perhatian pada kami. Tapi tolong beri saya kesempatan untuk menunjukkan perhatian saya pada keluarga saya dengan mengatur keluarga saya sendiri. Saya kan juga ingin menjadi seorang ibu yang hebat seperti mama, jadi saya harus banyak belajar melakukannya sendiri!”

Tipe mertua yang terlalu memanjakan cucu

“Duh, aku tidak pernah lho membelikan mainan yang mahal seperti itu untuk Reyhan. Ini si nenek kok malah membelikan dua sekaligus. Rusak deh apa yang aku ajarkan pada anakku sendiri,” keluh Dini pada sang adik ipar. Mereka berdua memang sering curhat mengenai sang nenek yang kerap membanjakan cucu-cucunya dengan mainan mahal. Apa yang bisa dilakukan menghadapi mertua tipe ini?

Kakek dan nenek memang kerap menghadapi perbedaan cara mengasuh cucu dengan anak maupun menantu mereka sendiri. Maksud hati mungkin untuk menunjukkan rasa sayangnya pada sang cucu. Namun mereka kurang menyadari bahwa hal itu bertentangan dengan pola asuh yang selama ini telah ditetapkan di keluarga si anak.

Jika ini terjadi cobalah untuk memahami apa yang dirasakan seorang nenek terhadap cucunya. Setelah itu cobalah untuk mengajak sang mertua untuk mengkompromikan hal ini bersama-sama. Jika perlu ajaklah ia mengikuti seminar-seminar pendidikan anak sehingga ia bisa memahami cara mendidik anak seseuai dengan keinginan Anda dan pasangan.

Tipe mertua yang selalu ingin ditemani

Menjadi orang yang sudah berumur memang tidak mudah. Semakin lama orang yang sudah tua akan semakin kesepian karena ditinggalkan teman-temannya atau anak-anaknya. Karenanya sering kali mereka menuntut anak maupun menantunya untuk selalu menemani mengatasi kesepiannya.

Jika ini terjadi, cobalah untuk merasakan apa yang mereka rasakan. Jika Anda memang tidak memiliki pekerjaan atau kegiatan, tidak ada salahnya untuk menemaninya. Namun jika Anda memang sibuk, mungkin sudah saatnya untuk menjelaskan hal ini pada sang mertua dengan bahasa yang halus dan sopan. Tunjukkan bahwa Anda sangat mempedulikannya, namun karena banyaknya kegiatan maka Anda tidak dapat terlalu sering menemaninya.

Cobalah untuk mengatur waktu menemaninya bersama anak-anak dan menantu yang lain bergantian. Dan patuhi pengaturan waktu ini bersama. Atau Anda dapat mendaftarkan sang mertua pada suatu komunitas lansia atau kegiatan yang dapat dilakukannya secara berkala, sehingga ia pun tidak selalu merasa sendirian.

Tipe mertua suka menilai

“Duh ibumu tuh…! Apa-apa dinilai, apa-apa dikatakan jelek, dikritik, pokoknya aku itu tidak ada apa-apanya dimata ibumu. Rasanya tidak bisa berkutik deh diawasi terus sama ibumu!” keluh Wina pada Budi, sang suami. Memang sulit jika mendapatkan mertua yang tukang kritik. Sepertinya tidak ada yang positif dimatanya. Semua dibandingkan dengan dirinya yang dianggapnya dapat mengerjakan segalanya lebih baik dibanding sang menantu.

Umumnya sang menantu yang terus menerus merasa diawasi akan unjuk diri seolah-olah mematahkan anggapan si ibu mertua bahwa ia adalah menantu yang tidak bisa apa-apa. Padahal sebetulnya tidak usah begitu. Jadilah apa adanya dan teruslah berpikir positif terhadap mertua. Jika sang mertua mengkritik, cobalah untuk dengan sopan merendahkan diri dan memintanya mengajari Anda. Bisa saja ini hanyalah caranya untuk mengenali Anda. Dengan menjadi diri sendiri dan mencoba untuk terus menerus berpikir positif dapat membuatnya menjadi lebih santai, dan siapa tahu akan lebih mau membuka diri terhadap kehadiran sang menantu yang dinilainya rendah hati.

Tipe mertua pendiam

Terbalik dengan diatas, tipe mertua pendiam juga kerap membuat sang menantu merasa serba salah. Sulit untuk menilai perasaan hati seorang yang pendiam. Diajak bercanda ternyata tanpa disadari candaan tersebut menyinggung perasaannya. Didiamkan saja pun belum tentu menyenangkan hatinya. Apa yang dapat dilakukan untuk menghadapi tipe mertua yang seperti ini?

Menghadapi orangtua yang seperti ini mungkin diharapkan orang yang lebih muda untuk lebih berperan aktif. Cobalah untuk mendekati dirinya dengan kerap mengajaknya berbicara, bertanya, bercerita, berkegiatan dan sebagainya. Cari tahu sifanya dari orang-orang yang ada disekelilingnya. Sekali kedekatan tercipta, maka Anda akan lebih mengenali sifat dan bahasa tubuhnya. Sehingga Anda akan semakin memahami kapan ia marah, kapan ia senang, kapan ia membutuhkan Anda dan sebagainya.

Tipe mertua manja

Tidak hanya suami atau anak yang biasa minta dimanjakan. Namun orangtua pun ada yang memiliki tipe manja. Bisa jadi ia terbiasa dimanjakan suami atau keluarganya, sehingga jangan heran kalau si ibu mertua bisa menjadi seorang ‘drama queen’ untuk mencari perhatian orang-orang disekelilingnya. Dan ini yang bisa membuat Anda pusing tujuh keliling.

Memiliki ibu mertua yang manja memang memusingkan. Karena ia bisa mencari perhatian dengan berbagai cara. Namun mungkin sudah saatnya Anda tegas menghadapinya. Tentu tetap dengan cara yang sopan. Ungkapkan fakta saat Anda benar-benar tidak dapat melayani kehendaknya. Misalnya karena harus mengerjakan tugas yang sudah harus diselesaikan, atau mengantar anak mengikuti kursus. Ketegasan yang disampaikan dengan cara yang sopan akan membuatnya tahu ‘batasnya’ saat berhubungan atau meminta perhatian Anda.

Tipe mertua suka bergosip

“Pusing deh aku menghadapi ibu mertuaku. Masa anaknya sendiri dijelek-jelekannya di depan aku, mantunya. Aku yakin akupun pasti dijelek-jelekannya di depan anak dan mantunya yang lain!” keluh Fasya pada sahabatnya. Memang demikianlah tipe seorang yang suka bergosip. Siapapun bisa menjadi sasaran gosipnya. Tidak peduli apakah itu adalah anggota keluarga maupun darah dagingnya sendiri. Kadang ia hanya senang merasakan sensasi bergosip tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukannya.

Memiliki mertua yang suka bergosip kerap membuat hati menjadi ‘panas’. Apalagi jika Anda mendengar diri Anda sendiri yang menjadi bahan gosip dirinya. Jika ini terjadi, cobalah untuk menghadapinya dengan kepala dingin. Umumnya keluarga yang lain juga sudah maklum dengan kelakuan seseorang yang memiliki kegemaran yang satu ini, sehingga merekapun menghadapi dengan santai.

Jika apa yang digosipkan menjadi masalah yang berkepanjangan, cobalah untuk menelusuri akar permasalahannya. Ajaklah suami untuk membicarakan hal ini dengan kepala dingin dan mintalah ia untuk menjadi penengah. Jika perlu, ajaklah mertua berbicara dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung perasaan, dan sampaikan apa yang menjadi ganjalan Anda sehubungan dengan masalah yang sedang digosipkannya.