Tingginya angka kematan ibu melahirkan antara lain dipicu oleh kurangnya pertolongan medis. Tenaga medis juga kadang tak bisa menolong karena 43,2 persen perempuan melahirkan bukan di fasilitas kesehatan melainkan di rumah masing-masing.

Kurangnya akses untuk mendapat pertolongan medis saat melahirkan turut menyumbang tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mengungkap baru 55,4 persen ibu hamil yang melahirkan di fasilitas kesehatan, sementara 43,2 persen melahirkan di rumahnya sendiri.

Dari sekian banyak ibu hamil yang melahirkan di rumah, hanya 2,1 persen yang mendapat pertolongan medis oleh dokter, 5,9 persen oleh bidan dan 1,4 persen oleh tenaga medis lainnya. Sisanya sebesar 4 persen ditolong keluarga dan yang paling banyak 40,2 persen ditolong dukun beranak.

Hasil Riskesdas 2010 seperti dikutip dari Depkes.go.id, Kamis (30/6/2011) mengungkap, ibu melahirkan yang mendapat pertolongan medis sebenarnya telah mencapai 82,2 persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007 yang hanya 75,4 persen serta tahun 1990 yakni 40,7 persen.

Meski demikian, Angka Kematian Ibu (AKI) dalam beberapa tahun terakhir tidak banyak berkurang. Hingga tahun 2007, AKI masih sebesar 228/100 ribu kelahiran hidup sementara target Millenium Development Goals (MDGs) adalah 102/100 ribu kelahiran hidup.

"Sejak tahun 1991 hingga 1997 grafiknya (AKI) turun drastis, namun dari 1997 hingga 2007 cenderung melandai. Ini peringatan buat kita," ungkap Menkes, Endang Rahayu Sedyaningsih seperti diberitakan detikHealth beberapa waktu yang lalu.

Berdasarkan tempat tinggalnya, ibu-ibu yang melahirkan di rumah kebanyakan tinggal di pedesaan yakni 62,7 persen sementara di kota hanya 24,4 persen. Berdasarkan kesejahteraanya, 59,8 persen berasal dari keluarga paling miskin dan hanya 19,4 persen yang berasal dari keluarga paling kaya


(detikhealth.com )